Dan setelah mereka kenyang, Ia berkata kepada murid-muridNya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang” (Yohanes 6:12).
Mungkin kutipan Injil Yohanes di atas ini menarik untuk kita renungkan bersama. Dalam peristiwa “penggandaan Roti”, Yesus tidak rela bila makanan yang awalnya berkekurangan kemudian mukjizat roti yang terus berlimpah membuat orang banyak tidak bersyukur tetapi malah melupakan rahmat Allah yang besar. Kisah Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan. Yang harus diberi makan pada saat itu bukan hanya puluhan, bukan ratusan tetapi ribuan orang. Lima ribu orang, belum termasuk wanita dan anak- anak. Itu tercatat jelas di dalam Injil. Apa yang dipergunakan Yesus pada saat itu tidak lain adalah sisa makanan yang ada pada seorang anak, yaitu lima roti dan dua ikan. Itulah yang kemudian mampu mengenyangkan ribuan orang dan masih bersisa. Berkat yang berkelimpahan yang dijanjikan Tuhan itu Dia berikan, dan itu bisa kita lihat kembali pada kisah ini seperti halnya kepada bangsa Israel di jaman Musa di atas. Tapi lihatlah apa kata Yesus mengenai makanan sisa ini. “Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: “Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang.” (Yohanes 6:12). Begitu pentingnya pesan ini, sehingga keempat Penulis Injil menuliskan hal tersebut. Selain lewat Injil Yohanes diatas, hal tersebut juga ditulis dalam Matius 14:20, Markus 6:43 dan Lukas 9:17.
Membuang Makanan = Merampas Hak Orang Miskin
Saya juga sangat bersyukur atas rahmat dan kebaikan dari para keluarga seluruh umat Paroki Santo Martinus yang berbagi berkat dengan memberikan sebagian rejekinya untuk mengirim masakan harian para imam di Pastoran. Ada 5 imam dan karyawan yang bisa menikmati dan tidak kuatir akan kelaparan demi menunjang aktivitas dan pelayanan. Akan tetapi kami juga kadang sedih bila makanan yang banyak itu kadang tidak termakan dan harus selesai di tempat sampah. Sepertinya kami pun tidak tega. Maka, tak jarang makanan itu kami bagikan juga kepada satpam, karyawan, dan juga tukang- tukang yang membantu kebersihan di sekitar komplek Kopo Permai.
Semakin tegas, makna untuk tidak membuang makanan dan serakah ini ketika Paus Fransiskus mengingatkan budaya membuang makanan dan makan terlalu serakah sehingga tidak menghabiskan makanan yang ada di piringnya sendiri. Paus Fransiskus mengecam kebiasaan warga negara-negara Barat yang kerap menyisakan makanan mereka. Paus menyamakan kebiasaan itu seperti mencuri makanan dari orang miskin. Pernyataan Paus ini merupakan bagian dari kotbahnya yang dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang dicanangkan PBB. “Budaya membuang makanan membuat kita kehilangan sensitifitas. Kebiasaan ini sangat menjijikkan di saat banyak orang dan keluarga di seluruh dunia masih kelaparan dan kekurangan gizi,” kata Paus Fransiskus. “Dulu, nenek moyang kita sangat berhati-hati terhadap makanan dan tak pernah menyisakan makanan yang disantap. Konsumerisme membuat kita terbiasa melihat sisa makanan yang dibuang, yang menurut kita tak bernilai,” lanjutnya. “Membuang makanan tak ubahnya mencuri makanan dari meja orang miskin dan kelaparan,” Paus menegaskan. Sejak terpilih menjadi pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus berulang kali menyerukan agar umat Katolik berbuat lebih banyak dalam membela orang miskin dan mencoba hidup lebih hemat.
Solidaritas dalam Kecukupan
Memasuki tahun baru 2020 ini marilah kita berbela rasa dengan semua umat manusia yang tidak seberuntung dengan kita. Kita mungkin tidak akan menjadi sosok yang bisa menyumbangkan kekayaan kita secara besar seperti mereka milioner-milioner dunia seperti pendiri Microsoft, dan beberapa filantropis yang menyumbangkan sebagian kekayaannya demi mengurangi kemiskinan dunia. Tetapi kita bisa memilih jalan hidup yang berbela rasa dalam solidaritas dan juga bisa memiliki spiritualitas yang “cukup” dan selalu memikirkan yang lain yang tidak seberuntung seperti kita. Mari kita bersukacita dalam kecukupan dan juga semakin beriman dan berbelarasa kepada sesama, mulai dari piring kita masing-masing. Berkat Tuhan. Mowil.