Hari Minggu Palma Mengenang Sengsara Tuhan (Minggu, 5 April 2020)
BcE. (Perarakan : Mat. 21 : 1 – 11) ; Yes. 50 : 4 – 7 ; Fil. 2 : 6 – 11 ; Injil Mat. 26 : 14 – 27 : 66
Baru-baru ini kita dihebohkan dengan fenomena kemunculan kerajaan-kerajaan fiktif di negara kita. Ada “Keraton Agung Sejagat” di Purworejo dengan Mas Toto sebagai pemimpin kerajaannya, ada “Sunda Empire” di Bandung, dan ada juga “King of the Kings” di Bekasi.
Apa latar belakang orang-orang membangun kerajaan fiktif ini? Jawabannya sangat jelas yakni ambisi akan kekuasaan. Ambisi akan kekuasaan menjadikan orang “buta” sehingga nekat berbuat apa saja, asalkan tercapai keinginannya. Kenyataan ini sungguh bertolak belakang dengan Yesus Kristus, Putera Allah, yang kita renungkan kisah-Nya dalam bacaan Injil hari minggu ini.
Pada hari minggu Palma ini, Gereja mengenangkan peristiwa Yesus masuk kota Yerusalem. Sebagai seorang raja yang dihormati dan dinantikan kedatangan-Nya, banyak orang menyambut-Nya dan mengelu-elukan-Nya dengan meriah. Meskipun dielu-elukan sebagai seorang raja yang dihormati dan dinanti-nantikan kedatangan- Nya, Yesus justru tampil dengan penuh kerendahan hati. Ia tidak memilih menggunakan mobil Alphard, kendaraan lapis baja, atau kereta kencana. Ia justru memilih keledai sebagai kendaraannya. Keledai adalah simbol kerendahan hati Yesus karena keledai dianggap sebagai binatang yang bodoh dan lemah. “Keledai” juga merupakan simbol orang-orang kecil, miskin, dan terpinggirkan. Dengan memilih “keledai”, Yesus juga mau menegaskan bahwa Ia sungguh dekat dan berbelas kasih dengan mereka yang miskin, kecil, dan terpinggirkan. Kedatangan Yesus ke Yerusalem dengan menunggang keledai merupakan tindakan simbolis kehendak dan keinginan hati-Nya yang kuat untuk menyelamatkan umat yang dicintai-Nya, meskipun harus kehilangan nyawa.
Semoga kita pun mau belajar kerendahan hati dari Yesus, Sang Putera Allah. Bagaimanapun kerendahan hati adalah kunci kesuksesan untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Semoga!