Masa Prapaskah adalah masa penuh rahmat untuk kembali melihat diri kita di hadapan sesama dan Tuhan. Sejauh mana diri berdamai dengan diri sendiri, dengan sesama dan Tuhan. Pantang dan Puasa menjadi sarana untuk kembali kepada tujuan hidup kita di hadapan sesama dan Tuhan. Bukan sekedar mengurangi makanan atau tidak makan ini dan itu, tetapi bagaimana sungguh membuka hati akan kehadiran Roh Kudus dalam diri pribadi. Gerak Roh itulah yang membawa kita kepada pertobatan, yaitu hidup baru, berani meninggalkan diri yang lama yang penuh dosa menuju pada hidup yang baru terarah pada kehendak Tuhan

Tahun 2020 secara khusus kita akan memasuki permenungan tobat kita tentang Ekonomi yang bermartabat. Ide dasarnya adalah kemajuan ekonomi yang tercapai sekarang ini merupakan hasil dari pengembangan dan kemajuan yang dicapai manusia berkaitan dengan kedaulatannya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatnya korelasi ekonomi antar bangsa, sehingga pemenuhan kebutuhan manusia semakin tersedia. Gereja mengingatkan bahwa dalam semua upaya kemajuan dan peningkatan ekonomi sentralitas manusia tidak dapat ditawar. “Manusialah yang menjadi pencipta, pusat dan tujuan seluruh kehidupan sosial ekonomi” (Gaudium et Spes – GS, 63). Manusia menjadi pusat perhatian dalam seluruh kegiatan ekonomi. Semua kegiatan ekonomi harus menyejahterakan manusia dan bukan mereduksi manusia pada profit dan keuntungan modal.

Tantangan zaman ini adalah bahwa manusia dieksploitasi demi keuntungan dalam perilaku ekonomi dan tidak adil dalam perilaku ekonomi. Ekslpoitasi muncul ketika Manusia bekerja melebihi batas dan tidak di hargai tenaga dan pikirannya. Anak-anak dibawah umur dijadikan tenaga kerja yang sangat murah. Ketidakadilan muncul ketika orang mempunyai sikap deskriminatif terhadap pasar tradisional. Orang bisa menawar harga sangat rendah ketika belanja di pasar tradisional dan ketika belanja di pasar modern atau pasar online orang tidak pernah menawar.

Masa prapaskah menjadi kesempatan untuk kita membangun pertobatan ekonomi sehigga hidup kita lebih bermartabat dan menjadi berkat bagi sesama. Kita lebih menghargai karya, pikiran dan ide-ide manusia dan memperlakukan adil dalam setiap perilaku ekonomi kita. Kita menghargai orang-orang yang membantu pekerjaan kita dengan memberi penghargaan sesuai dengan hak dan kewajibannya, serta semangat kasih dan murah hati. Ketika kita di pasar tradisional, kita juga memperlakukan secara adil, yaitu dengan menawar dengan harga yang wajar. Hidup bermartabat, hidup penuh kasih, adil dan murah hati adalah identitas kita sebagai murid-murid Yesus zaman ini. Hidup bermartabat dan selalu jadi berkat. Tuhan memberkati. MoWah!