Diantara serdadu-serdadu Romai ada sejumlah besar serdadu yang beragama Kristen. Mereka inilah yang menjadi perintis Injil Kristus dan saksi-saksi iman Kristiani di negeri-negeri yang jauh dari Roma.
Yang termasyur diantara mereka yang beragama Kristen itu adalah keempatpuluh serdadu dari Sebaste, negeri Armenia. Mereka adalah anggota Legiun XII, yang disebut Legio Fulminata, Pasukan Gerak Cepat. Pasukan ini ditempatkan jauh dari kota Sebaste di perbatasan kekaisaran Romawi. Tugas mereka sungguh berat karena harus menghadang gempuran dari suku-suklu Timur yang terkenal ganas dan berani. Demi mencapai keberhasilan, komandan pasukan mewajibkan setiap serdadu mengambil bagian dalam upacara kurban kepada para dewa untuk memohon bantuan dan perlindungan. Kewajiban ini ditolak tegas oleh para keempat puluh serdadu yang beragama Kristen tersebut. Penolakan itu ditendak tegas oleh komandan pasukan. Sambil menantikan putusan hukuman mati dari wakil kaisar, mereka dipenjarakan dan dijaga dengan ketat.
Ketika itu musim dingin, keempat puluh serdadu Kristen tersebut digiring ke sebuah danau yang sangat dingin airnya dan sudah membeku. Disana mereka ditelanjangi dan disuruh berbaring diatas air danau yang sudah membeku itu. Dalam penderitaan yang hebat itu, keempat puluh serdadu itu meminta bantuan Tuhan agar tetap teguh dalam imannya: “Ya Tuhan, kami percaya kepada-Mu. Kami disiksa karena iman kepada-Mu. Kiranya kami semua dapat dipermahkotai dalam kerajaan-Mu”.
Seorang diantara mereka murtad dari imannya karena tidak tahan terhadap penderitaan. Meskipun demikian ia tidak terhindar dari bahaya kematian. Ia juga dibunuh diatas tungku api sebagai kurban bakaran. Sementara itu, seorang serdadu yang bukan Kristen mengalami suatu pengelihatan ajaib. Ia melihat di langit tersedia 40 buah mahkota bagi keempat puluh serdadu itu. Tigapuluh sembilan mahkota sudah dipakai oleh tigapuluh sembilan serdadu yang setiawan itu; sedangkan satu mahkota belum dipakai. Dalam terang Ilahi, mengertilah serdadu itu bahwa mahkota yang tidak dipakai itu disediakan baginya. Yakin akan pengelihatan itu, ia segera membuka pakaiannya dan menggabungkan diri kembali dengan ke tigapuluh sembilan martir rekannya. Dengan demikian, genaplah kembali jumlah serdadu itu menjadi empat puluh orang. Mereka dengan gagah berani menanggung penderitaan karena kedinginan.
Keesokan harinya, baik yang sudah mati maupun yang masih hidup, semuanya diseret ke dalam api unggun hingga mati terbakar. Peristiwa ini terjadi pada tahun 320.