Hari Minggu Prapaskah IV (Minggu, 22 Maret 2020)
BcE 1Sam 16:1b.6-7.10-13a; Ef 5:8-14; Yoh 9:1-41
Dalam bacaan kedua melalui suratnya yang ditujukan kepada jemaat di Efesus, Santo Paulus mengajak kita untuk hidup sebagai anak-anak terang (Ef 5:8). Apa artinya menjadi anak-anak terang? Berbicara tentang terang, tentu tidak bisa dipisahkan dengan penglihatan. Dari pengalaman hidup kita sehari-hari, kita tahu bahwa dalam keadaan terang semua menjadi jelas, tampak kelihatan. Sebaliknya dalam keadaan gelap, mata kita tidak dapat melihat apa-apa. Karena demikian keadaannya, maka pada umumnya yang dilakukan dan dikerjakan oleh setiap orang dalam keadaan terang adalah pekerjaan dan perbuatan yang baik, karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran (Ef 5:9). Sebaliknya pekerjaan dan perbuatan yang tidak baik atau yang jahat, umumnya dikerjakan di tempat yang gelap; baik gelap dalam arti yang sesungguhnya maupun dalam arti kiasan, supaya tidak dilihat dan diketahui oleh orang lain.
Dengan demkian menjadi jelas bagi kita, kalau Santo Paulus mengajak kita untuk menjadi anak-anak terang, itu artiya dalam kehidupan sehari-hari kita diajak untuk melakukan segala perbuatan yang baik, adil dan benar, yaitu kebaikan, keadilan dan kebenaran yang bersumber dari Kristus sendiri, sebab Kristuslah Terang Dunia (bdk. Yoh 9:5). Apabila kita dapat melakukannya dengan tulus hati dan didasari oleh keyakinan yang mendalam akan ajaran Yesus Kristus, maka perbuatan-perbuatan itu sekaligus merupakan bentuk kesaksian iman yang nyata tentang Yesus Kistus sebagai Terang Dunia. Oleh karna itu ajakan untuk menjadi anak-anak terang, berarti pula ajakan untuk menjadi saksi Kristus.
Dalam kesempatan ini pula, Santo Paulus memperingatkan kita, untuk menghindarkan dan menjaukan diri dari perbuatan-pebuatan kegelapan, yaitu dalam segala bentuk tindakan kejahatan (bdk. Ef 5:11). Sebab, selain dapat merugikan dan merusak tatanan kehidupan sosial, juga perbuatan-perbuatan kegelapan itu, meskipun tidak dilihat dan tidak diketahui oleh orang lain, namun Allah tetap mengetahuinya, Allah tidak dapat dikelabui, sekalipun dalam kegelapan, sebab “bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” (1 Sam 16:7). Maka pada masa prapaskah ini, mari kita mantapkan jatidiri kita sebagai anak-anak terang. Apabila kita telah jatuh ke dalam kegelapan, marilah kita bangkit bertobat, sebab Allah kita adalah Bapa yang maharahim, yang senantiasa terbuka terhadap semua orang berdosa yang mau bertobat.