Hari Minggu Prapaskah V (Minggu, 29 Maret 2020)
BcE Yeh 37:12-14; Rm 8:8-11; Yoh 11:1-45
Salah satu peristiwa di dunia yang pada umumnya ditakuti oleh setiap orang adalah mati. Ada berbagai alasan mengapa setiap orang takut mati, namun apapun alasannya setiap orang pasti akan mengalaminya. Bagi kita sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, seharusnya peristiwa kematian bukanlah hal yang menakutkan, karena kematian bagi kita bukan akhir dari kehidupan, melainkan ‘jembatan’ yang harus dilalui untuk memasuki kehidupan baru. Dengan kata lain, kematian merupakan peristiwa meninggalkan dunia untuk memasuki kehidupan surgawi. Dalam Kitab Yehezkiel ditegaskan: “Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu.” (Yeh 37:14).
Mengenai kehidupan surgawi setelah kehidupan di dunia ini, Santo Paulus dalam surat kepada jemaat di Roma mengajarkan bahwa “… jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” (Rm 8:11). Jadi yang menjadi dasar kebangkitan dan kehidupan baru setelah kematian tiada lain adalah Yesus Kristus sendiri. Dalam bacaan Injil yang diwartakan pada hari ini, Yesus Kristus menegaskan: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yoh 11:25-26).
Berdasarkan sabda Yesus Kristus tersebut, kunci utama untuk dapat masuk ke dalam kehidupan yang baru, yaitu kehidupan surgawi ialah percaya akan sabda dan karya Yesus Kristus. Nampaknya mudah, namun dalam prakteknya tidaklah demikian, percaya yang dimaksudkan di sini menuntut penyerahan yang total, tanpa keraguan. Untuk hal ini, kepercayaan Marta dan Maria kepada Yesus Kristus (bdk. Yoh 11:21-32), kiranya bisa menjadi contoh dan sekaligus menjadi bahan refleksi bagi kita. Sejauh manakah aku percaya kepada Yesus Kristus yang menjanjikan kehidupan surgawi?