Minggu Paskah ke-5 (10 Mei 2020)
BcE. Kis. 6 : 1 – 7 ; 1 Petr. 2 : 4 – 9 ; Yoh. 14 : 1 – 12
Akhir-akhir ini dunia di hebojkan dengan kasus seputar virus corona. Virus yang berawal dari kota Wuhan di wilayah RRC (Republic Rakyat China) itu, kini telah menyebar ke Negara-negara lain, termasuk Indonesia. Kehadiran virus corona di Indonesia menimbulkan kepanikan bagi sebagian kalangan masyarakat. Akibatnya, mereka yang ber-duit memilih untuk membeli sembako sebanyak-banyaknya sebagai persiapan jika situasi atau keadaan semakin memburuk. Keadaan ini semakin diperparah oleh sebagian “pelaku ekonomi” yang memanfaatkan situasi dengan menimbun dan menjual masker dengan harga yang tinggi.
Apa yang terjadi di negara kita saat ini, sungguh bertolak belakang dengan apa yang dilakukan oleh para rasul bersama jemaat perdana dahulu kala (Kis. 6 : 1 – 7). Para rasul beserta jemaat perdana tidak memanfaatkan situasi chaos yang ada dalam masyarakat saat itu. Mereka justru bersepakat mencarikan solusi terbaik bagi persoalan yang timbul akibat pembagian bantuan kebutuhan hidup sehari-hari yang tidak adil bagi para janda dan anak-anak. Solusi yang diambil sungguh menarik yaitu memilih tujuh (7) orang pelayan (diakon) yang ditugaskan secara khusus untuk melaksanakan tugas pelayanan agar pembagian bantuan hidup sehari-hari menjadi lebih baik, lebih adil dan merata.
Dalam bacaan Injil hari ini (Yoh. 14 : 1 – 12), Yesus secara gamblang juga menegaskan tugas perutusanNya sebagai pelayan. Dalam konteks ini, Yesus adalah pelayan bagi keselamatan jiwa-jiwa manusia. Yesus akan menjadi perantara bagi kita manusia dengan Allah Bapa di Sorga agar kita selamat dan bahagia. Syaratnya kita harus percaya pada Yesus dan menyerahkan hidup kita ke dalam penyelenggaraan-Nya.
Sebagai pengikut Kristus, kita pun dipanggil untuk menjadi pelayan bagi sesama. Caranya…?? Ya melalui bidang tugas kita masing-masing. Kita hendaknya melayani sesama dengan sungguh-sungguh karena tugas pelayanan adalah perwujudan dari iman kita. (Carlos/Sie Pewartaan)