Tiga bulan lebih hidup kita penuh dengan situasi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Semua ini karena adanya partikel kecil virus yang kasat mata bernama: Covid-19. Virus ini memang benar-benar luar biasa. Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh virus corona, makhluk sangat kecil berukuran sekitar 125 nanometer namun bisa menyebabkan kematian.
Hampir semua manusia di seluruh dunia di berbagai media massa dan sisi kehidupan seperti di TV, radio, media sosial atau media digital, obrolan di rumah, di kantor, sekolah, pemerintahan juga bicara tentang ganasnya virus Covid-19 ini. Berbagai respon muncul seperti yang ditunjukkan oleh masyarakat, ada yang sedih, cemas, takut, gemas, khawatir, marah, tetapi ada juga yang tenang atau tetap percaya diri dan bahkan sebagian juga apatis dan tidak mau peduli terhadapnya.
Dibalik itu semua sebagai manusia yang memiliki daya nalar dan hati kita diajak bersama untuk mampu berefleksi tentang hidup dan dunia kita. Lebih repot lagi ketika pemerintah, dan juga dunia kita belum menemukan vaksin yang ampuh untuk mematikan virus ini. Semua masih butuh waktu yang tak pasti untuk sampai pada penemuan vaksin tersebut. Bagaimana sikap batin kita menghadapi semua itu?
Chaos: Kacau
Ada saatnya kita mengalami bulan-bulan awal menghadapi Covid-19 ini rasa-rasanya dunia kita seperti sudah mau memasuki akhir zaman atau kiamat saja! Banyak orang menjadi stress dan tidak tahu harus bagaimana. Persoalan-persoalan muncul mulai dari sosial, budaya, ekonomi yang paling berdampak bagi semua orang. Adanya PSBB dan “Lock Down” di beberapa negara di dunia membuat panik dunia. Momen ini kita menyebutnya situasi chaos: situasi yang sangat tidak beraturan dan tak berpola bahkan tidak memiliki pengharapan. Masa-masa sulit kita “jatuh” dalam sebuah pengalaman batin yang membuat mental dan spiritual kita “tenggelam” dalam situasi dunia ini.
Chronos (/ˈkroʊnɒs/): Menata Waktu dan Kebiasaan kata: Χρόνος, [khrónos], berasal dari Bahasa Yunani berarti waktu yang terjadi
berurutan dalam keteraturan. Setelah melewati masa kacau itu kita diajak tidak menyerah kepada keadaan yang selalu membawa manusia terombang-ambing kita punya bekal berlimpah yang dikaruniakan Allah. Manusia memiliki fisik, akal budi, hati, jiwa yang senantiasa memiliki harapan dan kemauan untuk berubah. Pada momen ini kita sebagai manusia dipaksa untuk bisa mengatur diri secara lebih baik dan mulai menatanya dengan penuh kesadaran. Saya melihat bahwa dengan kata: “New Normal” atau pemerintah kita menafsirkannya dengan kalimat: “Adaptasi Kebiasaan Baru” artinya kita diminta untuk menata diri dari ketidakpedulian dan “Kebiasaa lama” tak sehat menuju tatanan yang lebih baru dan sehat.
Kebiasaan baru untuk hidup lebih sehat harus terus menerus dilakukan di masyarakat dan setiap individu, sehingga menjadi norma sosial dan norma individu baru dalam kehidupan sehari hari. Bila kebiasaan baru tidak dilakukan secara disiplin atau hanya dilakukan oleh sekelompok orang saja maka hal ini bisa menjadi ancaman wabah gelombang kedua. Kebiasaan lama yang sering dilakukan seperti bersalaman, cipika-cipiki, cium tangan, berkerumun atau bergerombol, malas cuci tangan harus mulai ditinggalkan karena mendukung penularan Covid-19.
Diharapkan dengan seringnya menerapkan kebiasaan baru dimanapun, semakin mudah dan cepat menjadi norma individu dan norma masyarakat. Dengan demikian kita bisa bekerja, belajar, beribadah dan beraktivitas lainnya dengan aman, sehat dan produktif. Adaptasi kebiasaan baru yang dimaksud adalah:
- sering cuci tangan pakai sabun
- pakai masker
- jaga jarak
- istirahat cukup
- rajin olahraga
- makan makanan bergizi seimbang
Kairos: (καιρός): Waktu Tuhan Sebagai orang beriman.
Waktu kita dalam masa pandemi ini kita harus berani untuk meninggalkan situasi batin kita yang chaos, menata dalam tatanan Chronos dan akhirnya berani juga masuk dalam Kairos. Artinya, janganlah kita menjadi putus asa dan tak berpengharapan ketika menghadapi situasi ini. Pengalaman batin bisa kita tata meskipun pengalaman dunia luar sangat kacau sekalipun. Berproses dan berdoa kepada Tuhan adalah kunci bagi kita dalam menghadapi perubahan dan pergeseran makna dalam batin kita ini. Mari kita bersama teguhkan dengan pernyataan Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (Roma 13: 11-12): “Hal ini harus kamu lakukan, karena kamu mengetahui keadaan waktu sekarang, yaitu bahwa saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur. Sebab sekarang keselamatan sudah lebih dekat bagi kita dari pada waktu kita menjadi percaya. Hari sudah jauh malam , telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!”