Narasumber : Loren Pratiwi, S.T, M.T Dosen Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
Apa saja perubahan yang dirasakan oleh Kak Loren (dalam hal memberikan materi kuliah) pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru ini, bila dibandingkan dengan perkuliahan normal secara tatap muka?
Pada masa Adaptasi Kebiasaan Baru, dimana materi kuliah harus disampaikan secara daring (online), interaksi dengan mahasiswa menjadi berkurang. Saya juga menjadi lebih sulit untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap materi yang diberikan. Selain itu cukup sulit untuk memas kan kehadiran mahasiswa dalam suatu pertemuan kuliah, atau memas kan apakah mahasiswa mendownload atau dak materi kuliah yang diberikan dalam bentuk video.
Model mengajar seperti apa yang diterapkan oleh Kak Loren sebagai dosen di tengah situasi Adaptasi Kebiasaan Baru?
Model mengajar yang diterapkan adalah dengan membagikan video materi kuliah. Biasanya, materi kuliah yang dibagikan kepada mahasiswa adalah power point dari materi. Tapi karena dak ada pertemuan tatap muka, maka saya membuat video pembelajaran yang paling mudah, yaitu dengan memberikan penjelasan berupa audio pada powerpoint. Jadi seper membuat slide show pada power point. Saya juga menyediakan waktu di jam kuliah reguler bagi mahasiswa yang ingin bertanya atau berdiskusi mengenai materi yang dibahas pada minggu tersebut.
Beberapa platorm yang saya gunakan untuk membagikan materi atau memberi tugas dan ujian adalah Google Classroom, Google Meet, Google Form, Edpuzzle dan Interac ve Digital Learning Environment yang disesiakan ins tusi tempat saya mengajar.
Adakah kendala-kendala teknis yang Kak Loren rasakan sebagai dosen saat memberikan materi kuliah secaradaring? Apa saja?
Ada, kendala utama adalah sulit untuk mengetahui apakah mahasiswa sudah mendownload materi yang diberikan dan mempelajarinya. Pemberian tugas menjadi salah satu alterna f untuk mengukur pemahaman mahasiswa terhadap materi tertentu, tetapi semakin banyak tugas yang diberikan kepada mahasiswa, beban mahasiswa untuk mengerjakan tugas menjadi bertambah. Kendala lainnya adalah koneksi internet. Kalau kita mengadakan diskusi secara daring dengan google meet, kita gk tau apakah suara kita terdengar jelas atau dak. Atau apakah mahasiwa benar-benar menyimak atau hanya join room lalu mute suara dan kamera.
Secara personal, apakah Kak Loren lebih menyukai memberikan kuliah secara daring atau secara tatap muka? Mengapa?
Lebih suka tatap muka, alasannya:
- bisa lihat ekspresi mahasiswa saat saya memberikan penjelasan, apakah mereka masih bingung, cukup paham, atau dak paham sama sekali.
- adainteraksidenganmahasiswa,bisatanyajawablangsung. 3. kalau menjelaskan materi yang hitungan, lebih leluasa coret-coret di papan tulis.
- rekap kehadiran mahasiswa juga menjadi lebih mudah, karena ada absen yang diedarkan untuk ditandatangani saat kuliah berlangsung.
- kuliah daring bisa menjadi salah satu opsi kalau ada tanggal libur sehingga dak sulit mencari jadwal pengganti.
Sudah ideal kah pemberian fasilitas perkuliahan daring di instansi perguruan nggi Katolik, sejauh pengamatan dan pengetahuan Kak Loren? Mengapa?
Kalau di instansi perguruan tinggi Katolik secara umum saya kurang tau ya….tapi di institusi tempat saya mengajar, sudah ada platform pembelajaran online yang disediakan institusi, yaitu, Interactive Digital Learning Environment (IDE). Platform ini bisa menjadi media untuk memberikan pengumuman kepada seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah tertentu, membagikan materi kuliah, memberikan tugas dan mengumpulkan tugas, juga memberikan kuis.
Kalau ideal, mungkin belum, karena akses IDE masih terbatas dan masih sering terjadi kendala teknis.
Bila ada sesuatu yang dapat diperbaiki dari pelaksanaan perkuliahan secara online, menurut Kak Loren hal-hal apa sajakah itu?
Dari pengajar; harus lebih kreatif dalam membuat materi pembelajaran daring. Jika materi yang disampaikan dalam bentuk video, perlu dibuat video yang menarik agar dak membosankan. Pengajar perlu mengasah kemampuan edi ng video yang tentunya tidak mudah.
Dari mahasiswa; harus lebih rajin dan inisiatif untuk mencari referensi lain dan belajar mandiri. Jangan ragu untuk bertanya, tentunya dengan sopan apabila ada materi yang belum dipahami. Sebelum bertanya, bisa dipelajari dulu materinya, sehingga dak hanya bertanya, tapi diskusi. Juga dak lupa selalu update berita-berita dari kampus agar dak ke nggalan informasi. Menjadi mahasiswa yang mandiri, bijak, dan jujur.
Adakah kendala-kendala teknis yang Kak Loren rasakan sebagai dosen saat harus melaksanakan ujian, bimbingan skripsi dan sidang, dalam situasi Adaptasi Kebiasaan Baru?
Tentu saja ada
- Ujian: kendala teknis yang terjadi adalah mahasiswa terlambat atau salah ketika upload file jawaban.
- Penentuan batas waktu mengerjakan menjadi sulit karena ada kendala koneksi internet ke ka upload jawaban. Kami juga sulit memas kan mahasiswa jujur dalam mengerjakan ujian. Mahasiswa tentunya pas bisa mencari berbagai cara demi mendapatkan nilai yang bagus. Padahal ujian adalah sebuah sistem untuk mengukur sampai sejauh mana mahasiswa memahami materi yang diberikan dalam 1 semester.
- Bimbingan skripsi: selama ini dilakukan dengan wa call/line call/google meet, mahasiswa mengirimkan progress pengerjaan dan pertanyaan yang mau didiskusikan, lalu diskusi. Tidak terlalu ada kendala sih selama ini….salah satu kesulitan bimbingan daring adalah agak sulit untuk mengetahui keberadaan mahasiswa. Kalau di kampus, bisa bertemu dengan mahasiswa di sela-sela jam kuliah.
- Sidang dan seminar skripsi: sulit untuk lihat drafnya ketika sesi tanya jawab….biasanya drafnya dibalik2 aja halamannya….ini harus scroll….jadi lebih lama untuk berpindah dari 1 bagian ke bagian lain. Selain itu tanda tangan berkas sidang (berita acara dan form penilaian) menjadi lebih ribet karena harus tanda tangan digital yang dikirim dari 1 dosen ke dosen lain (form nya dikirim dari dosen 1 ke dosen lainnya untuk di tanda tangan digital melalui wa atau email). Jadi waktu untuk mengisi form jadi lebih lama.
- Koneksi internet juga bisa mengganggu proses tanya jawab. Pertanyaan dari penguji atau penjelasan dari mahasiswa yang diuji perlu diulang karena hambatan dari koneksi internet.
Menurut Kak Loren, apa peranan Ins tusi pendidikan tinggi Katolik dalam menjaga kesehatan peserta didik sekaligus memas kan hak mereka terpenuhi untuk mendapatkan pendidikan?
- Untuk menjaga kesehatan peserta didik, pembelajaran secara daring perlu dilakukan. Dengan belajar di rumah, mahasiswa menjadi lebih aman karena meminimasi interaksi dengan banyak org. Perjalanan dari rumah ke kampus, bertemu dengan teman-teman, belum lagi kapasitas kelas yang biasanya mencapai 50-80 orang sangat berpotensi untuk penyebaran covid-19.
- Untuk materi kuliah, bimbingan, dan sidang skripsi masih memungkinkan dilaksanakan online. Materi kuliah bisa diberikan dengan video ataupun video conference melalui google meet atau zoom. Meskipun dilakuakn secara daring, dosen wajib memberikan pengajaran sesuai dengan silabus dan rps (rencana pembelajaran semester) agar capaian pembelajaran dapat tetap tercapai. Univ juga berusaha untuk mendapatkan feedback dari mahasiswa mengenai pembelajaran daring selama PSBB. Feedback tersebut menjadi masukan untuk penyelenggaraan kuliah daring pada semester genap yad.
- Untuk penelitian dan praktikum yang perlu pengambilan data di lab, mahasiswa mau tidak mau harus datang ke kampus/ke lab.
- Untuk kegiatan yang mengharuskan kehadiran di kampus, protokol kesehatan harus diberlakukan. Sarana cuci tangan, hand sanitizer, pengecekan suhu tubuh adalah protokol dasar untuk mencegah penyebaran covid-19. Selain itu perlu ada prosedur khusus sesuai dengan protokol kesehatan dalam pelaksanaan penelitian/praktikum di lab, mulai dari penyesuaian kapasitas dan penggunaan alat.