Mrk. 1:21 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai, Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar

Syalom aleikhem.

Ayat ini dimulai dengan kata “mereka”. Siapa mereka? Tentu saja seperti yang dikisahkan dalam ayat sebelumnya, mereka adalah Tuhan Yesus dan keempat murid-Nya, yaitu Simon, Andreas, Yakobus, dan Yohanes. Kejadian kali ini berlangsung di Kapernaum, kota kecil yang masih dekat dengan Danau Galilea, yaitu pada arah barat laut. Untuk ukuran zaman sekarang, kota itu boleh jadi suatu desa atau kampung saja.

Waktu itu hari Sabat. Hari Sabat itu hari istirahat (libur) bagi orang Yahudi. Hari Sabat dikhususkan untuk peribadatan saja, bukan untuk kegiatan harian atau bekerja. Hari Sabat itu hari ketujuh dalam hitungan pekan menurut cara Yahudi. Cara hitung hari waktu itu beda dengan masa kini. Zaman itu jangka waktu dihitung dari terbenamnya matahari. Begitu matahari terbenam – katakanlah pukul 6 sore – hari berganti. Sabat itu Sabtu menurut nama sekarang. Menurut hitungan hari zaman Tuhan Yesus, Sabat mulai Jumat pukul 6 sore hingga Sabtu pukul 6 sore.

Rumah ibadat yang dimaksud adalah sinagoga, berbeda dari Bait Allah di Yerusalem. Bait Allah hanya ada satu, berada di kota Yerusalem. Tapi, sinagoga (rumah ibadat agama Yahudi) terdapat di banyak tempat. Boleh dikata tiap kota atau desa punya sinagoga – bayangkan itu seperti kapela-kapela di Flores. Sinagoga bukan tempat mempersembahkan kurban sebab kurban hanya dipersembahkan di Bait Allah di Yerusalem. Sinagoga biasanya dipakai untuk ibadat dengan pembacaan Kitab Suci. Kegiatan di sinagoga antara lain: penafsiran Kitab Suci, pengajaran atau pendalaman iman berdasar atas Kitab Suci, ibadat suci hari Sabat, pendidikan anak-anak (seperti sekolah masa kini), dan hal-hal lain yang dianggap penting bagi jemaat.

Tuhan Yesus masuk sinagoga lalu mengajar. Itu bukan seperti membuka kelas atau kursus. Megajar di situ berarti memberikan penjelasan mengenai Kitab Suci – sebagai salah satu kegiatan umum di sinagoga.

Mrk. 1:22 Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat.

Orang-orang di sinagoga takjub karena mendengar Tuhan Yesus mengajar. Artinya, mereka tercengang-cengang, heran dan kagum disertai sikap hormat. Tampaknya pengajaran Tuhan Yesus begitu memukau. Mengapa? Dikatakan “Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa”. Apa artinya? Ia penuh wibawa, kata- kata-Nya berisi, bukan gombal omong kosong. Keadaan itu diperlawankan dengan pengajaran para ahli Taurat.

Apa artinya “tidak seperti ahli-ahli Taurat”? Para ahli Taurat (pakar Kitab Suci Yahudi) mempelajari, meneliti, menafsirkan hukum-hukum untuk bangsa Israel berdasarkan Kitab Suci. Umumnya mereka menafsir berdasarkan pendapat guru- guru mereka atau guru-guru ternama pada masa lampau. Namun, Tuhan Yesus tak demikian. Ia tak mengandalkan pendapat, tafsiran, dan ajaran para guru masa lampau, melainkan Ia mengandalkan kuasa dan wewenang-Nya sendiri. Inilah yang disebut dengan perkataan “tidak seperti ahli-ahli Taurat”.

Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie

Presbiter Katolik