Apakah teman-teman suka ke pasar tradisional? Ditengah gencarnya serangan supermarket dan minimarket, pasar tradisional masih tetap bertahan. Apalagi kesan pasar tradisional yang kuum membuat orang malas untuk datang dan bertransaksi di pasar tradisional. Belum lagi serangan toko-toko online membuat orang makin malas datang ke pasar tradisional, karena cukup hanya dengan menggerakan jempol, kebutuhannya bisa terpenuhi. Untuk menarik minat pembeli, beberapa pasar tradisional bahkan sudah mengubah konsep menjadi pasar modern, dimana lokasi dan kebersihan pasar dijaga agar tetap nyaman untuk berbelanja. Saya sendiri masih datang ke pasar tradisional untuk membeli beberapa kebutuhan yang tidak dapat disediakan oleh supermarket, minimarket dan toko online.
Kegiatan berbelanja di pasar sebenarnya punya banyak manfaat untuk kita loh. Apa saja? Mengenal bahan makanan. Apakah kita bisa membedakan kunyit, laos dan jahe? Jika belum, cobalah berjalan-jalan ke pasar tradisional. Di pasar tradisional, kita bisa belajar dan mengenal satu per satu bahan itu, bahkan bahan yang mungkin belum pernah kita lihat sebelumnya.
Mengetahui harga sambil latihan matematika. Dengan pergi ke pasar, kita bisa mengetahui harga-harga bahan makanan. Ini adalah pengetahuan umum yang penting, apalagi untuk kita yang suatu hari nanti harus berbelanja sendiri. Kita juga bisa berlatih matematika saat menghitung total harga bahan makanan yang dibeli.
Mengenal proses tawar menawar. Inilah uniknya pasar tradisional, yaitu proses tawar menawar. Sudah jarang proses ini bisa dilihat, apalagi jika hanya pergi ke pasar modern dengan harga-harga bahan yang tidak boleh ditawar. Proses tawar menawar membuat kita berlatih menjadi penjual dan pembeli yang bijak. Proses tawar menawar ini juga melatiih otak untuk menghitung dan berkomunikasi. Hal tersebut jelas tidak dapat kita temui di pusat perbelanjaan modern, harga terpampang adalah wajib dibayar. Mau coba?
Interaksi di pasar tradisional pun lebih menyenangkan karena tidak kaku, tidak ada pula ketentuan yang mengikat dari perusahaan ke karyawannya. Biasanya bisnya langsung turun berjualan. Memang biasanya ada beberapa pegawai yang membantu, tapi tetap tidak ada aturan yang baku. Bukan berarti mengabaikan ramah tamah kepada pelanggan saat proses berlangsung dan setelah selesai berbelanja. Belum lagi jika ada pelanggan setia, biasanya pelayanan yang diberikan akan lebih heboh dan banyak candaan yang diselipkan pada percakapan. Hal itu juga yang menjadi pembeda saat berbelanja di pasar tradisional. Dengan segala keunikan karakter antara pedagang dan pembeli, semuanya melebur menjadi satu dalam proses jual-beli.
Dengan bertahannya pasar tradisional dalam persaingannya dengan pasarmodern(jugatookonline) yangkinidipermudahdengantransaksidigital, maka—dalam khayalan saya—tidak menutup kemungkinan kelak para pedagang tradisional pun mengikuti jejak tersebut. Tujuannya, tentu saja untuk memudahkan transaksi dan pembayaran jadi non-tunai. Jadi, tidak perlu repot bila tidak ada kembalian dan tidak harus keliling ke pedagang lain dalam mencari pecahan uang yang tersedia.
Pasar yang dalam Bahasa Latin disebut dengan nama Agora. Agora sering diartikan sebagai tempat untuk bermusyawarah ,juga dapat menjadi simbol perjuangan hidup manusia. Di Agora, seorang manusia berjuang untuk mempertahankan hidupnya melalui aktivitas menjual dan membeli. Namun, agora juga dapat diartikan sebagai pasar, tempat umum di mana orang banyak berkumpul. Di agora inilah, rasul Paulus melakukan hal yang tidak biasa. Mewartakan Injil secara langsung kepada manusia-manusia pejuang hidup tersebut, merasakan pergumulan dan perjuangan hidup manusia. Semoga dengan segala keunikan transaksi maupun interaksinya, pasar tradisional selalu ada dan bertahan untuk menjadi pembeda khususnya dalam proses jual-beli di tengah masyarakat.