Minggu Paskah ke-6 (17 Mei 2020)
BcE. Kis. 8 : 5 – 8 ; 1 Petr. 3 : 15 – 18 ; Yoh. 14 : 15 – 21
Hidup manusia memiliki dinamika tersendiri. Kadang bahagia, kadang susah; kadang kaya, kadang miskin; kadang berhasil, kadang gagal. Begitulah dinamika hidup. Menghadapi dinamika hidup yang demikian, kita hendaknya menikmatinya karena itulah cirikhas kehidupan manusiawi. Menikmati dinamika hidup akan membuat kita menjadi manusia yang bebas lepas tanpa beban. Sebaliknya jika kita tidak bisa menikmati dinamika hidup tersebut, ujung-ujungnya kita akan stress, terbebani, dan akhirnya menderita sendiri.
Pada hari ini, bacaan-bacaan Kitab Suci mengajak kita untuk belajar menikmati hidup. Dalam bacaan pertama (Kis. 8 : 5 – 8) dikisahkan bagaimana Rasul Filipus harus melaksanakan tugas pewartaan di tengah-tengah situasi yang berat. Saat itu para rasul harus meninggalkan Yerusalem dan menyebar ke berbagai wilayah Yudea dan Samaria dikarenakan ada gerakan penganiayaan terhadap jemaat Kristiani di Yerusalem. Meski demikian, para rasul (termasuk Filipus) tidak khawatir. Mereka tetap menjalankan
tugasnya untuk mewartakan Injil. Rasul Filipus menikmati dinamika hidupnya karena Ia yakin bahwa segalanya sudah direncanakan oleh Allah. Para rasul hanya akan berusaha sebaik yang bisa mereka lakukan, dan selebihnya biarkan Allah yang menentukan.
Dalam bacaan Injil (Yoh. 14 : 15 – 21), Yesus memang berbicara tentang Roh Penghibur yang dijanjikan kepada kita umat-Nya yang percaya kepada-Nya. Namun dibalik itu, ada pesan tersembunyi lainnya yang mau Yesus sampaikan kepada kita. Pesan itu adalah: “nikmatilah hidup kita” karena Yesus (beserta Allah Bapa di Sorga) telah mengutus Roh Penghibur yang akan menyertai kita umat-Nya dalam perziarahan hidup kita di dunia ini.
Jadi, umat Allah jangan khawatir lagi. Lakukan saja apa yang menjadi tugas kita dengan sebaik mungkin dan biarkanlah Allah yang menyelesaikannya. Nikmatilah hidup ini dan jangan khawatir karena Allah senantiasa menyertai kita melalui Roh Kudus-Nya. Amin. (Carlos/Sie Pewartaan)