Cerita sekitar anak-anak muda pada umumnya selalu identic dengan optimism dan keceriaan serta kegembriaan – kalau bikan kegemparan. Ada antusiasme, semangat dan idealism di dalamnya. Bahkan ada tekad dan niat yang sangat kuat sampai pada sumpah dan revolusi. Jiwa muda kata orang membawa anak-anak manusia muda merantau dan melanglang buana ke mana-mana – tanpa batas berpetualang. Kemudaan seringkali juga identic dengan individualism dan ketidakpeduliaan kepada dunia di sekitarnya.
Narasi alternatif anak-anak muda adalah ketidakpastian dan kegalauan kalau bukan kegelisahan yang kemudian bisa menjadi sumber krisis identitas dan gangguan kepribadian. Akibatnya adalah kejadian- kejadian dan temuan di mana mereka kehilangan daya untuk hidup, jatuh dalam kemalasan, pelarian-pelarian dan tindakan-tindakan agresif/kekerasan atau sebaliknya yakni diam sama sekali. Kediaman ini menjadi antithesis aktifisme yang sering menjadi identitas orang muda.
Maka terjadilah anak-anak muda yang berhenti sekolah, tidak keluar kamar atau rumah dan sibuk dengan dunianya sendiri atau ingin hidupnya berhenti. Melihat di media sosial atau dengar dari berbagai macam sumber berita dan cerita tentang orang-orang yang nampaknya kehidupannya serba lancar-enak-senang dan bisa menghadiri pesta dan perayaan tanpa jeda mereka merasa tidak nyaman dan bertanya-tanya dalam dirinya sendiri. Pertanyaan-pertanyaan itu membuatnya semakin gelisah dan kemudian muncul juga rasa iri hati. Dunia tidak adil, kata mereka.
Dan memang dunia ini adil untuk sebagian kecil penghuninya, sementara untuk sebagian terbesarnya memang sungguh tidak adil. Ada banyak ketimpangan dalam masyarakat kita pada semua tingkatannya. Ketimpangan terbesar tentu saja antara kalangan atas dan kalangan bawah. Sementara sebagian orang terus bertambah-tambah asset rumah dan yang lainnya, sebagian yang lain tidak pernah punya kesempatan tidur di tempat yang layak tanpa dihantui apakah bulan depan bisa membayar kontrakkan. Krisis ekonomi karena Covid 19 telah membuyarkan impian banyak orang untuk memiliki pekerjaan yang tetap atau usaha yang mapan.
Bahkan sekarang ketika pandemi Covid 19 sudah bergeser ke arah endemi, tidak serta merta ada kepastian dalam kehidupan banyak bidang. Ada nada-nada harapan untuk semua kalangan tentu saja yakni harapan kebangkitan. Bangkit dari kelesuan, bangkit dari ketakutan, bangkit dari kecemasan, bangkit dari kekuatiran, bangkit dari keterpurukan! Memang bukan seperti orang bangkit dari tidur yang spontan bisa langsung kelihatan perbedaannya.
Untuk bisa bangkit atau keluar dari jebakan ketidakpastian misalnya, tentu saja dibutuhkan usaha yang beraneka ragam dari berbagai kalangan. Bahkan seseorang yang sudah memahami dan menyadari keterjebakannya pun membutuhkan “support system” yang kuat. Hal ini berlaku untuk semua yang masih ingin bangkit dan keluar dari aneka ragam kondisi psikologis entah kegelisahan, kecemasan, kekuatiran, ketakutan yang telah membutakan mereka. Membayangkan masa depan mereka langsung merasa masuk dalam lorong kegelapan. Salah satu kemungkinan kita adalah menjadi bagian dari “support system” tersebut.