Hari Minggu Biasa XXII (28 Agustus 2022)
Dalam khutbah misa hari Sabtu, 6 Agustus 2022, Pastor Paroki kita mengutip pernyataan St. Agustinus: “Kesombongan yang mengubah malaikat menjadi setan, dan kerendahan hati yang mengubah manusia menjadi malaikat”. Suatu ajakan kepada umat khususnya para Asmam yang akan dilantik untuk memiliki sikap rendah hati dalam hidup sehari-hari dan dalam tugas pelayanan. Kutipan ini kiranya bisa membantu kita untuk merengungkan bacaan-bacaan hari ini. Benang merah bacaan hari ini adalah kerendahan hati. Bacaan pertama dari Putera Sirakh, mengajak kita untuk merendahkan diri (hati) supaya mendapat rahmat dan karunia dari Tuhan. Kerendahan hati itu bisa Nampak di dalam hidup kita yang konkret terutama dalam pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan. Orang yang rendah hati akan melakukan pekerjaan-pekerjaannya dengan sopan dan memiliki hati yang arif. Kesombongan manusia hanya membawa orang kepada kehancuran, menjauhkan diri dari Tuhan; kerendahan hati membawa manusia, kita untuk bersatu dengan Tuhan. Orang yang rendah hati juga memiliki kemampuan untuk mendegar bisikan Tuhan di dalam hidupnya.
Sikap rendah hati dalam sruat kepada orang Ibrani ditunjukan kepada Tuhan. Sikap ini lebih dimengerti sebagai hormat kepada Tuhan, yang diistilahkan sebagai Bukit Sion, Yerusalem Surgawi. Hanya orang yang rendah hati saja yang dapat menaruh rasa dan sikap hormat. Orang sombong tidak akan dapat menghormati siapapun, bahkan justru dirinya yang ingin dihormati.
Dalam injil hari ini Tuhan Yesus memberikan pengajaran yang sebenarnya mencerimkan diriNya sendiri sebagai pribadi yang lemah lembut dan rendah hati. Dalam suatu perjamuan di rumah seorang Farisi, Yesus mengajarkan kepada para tamu tentang tempat yang hendak mereka tempati atau duduki. Dan kepada tuan rumah tentang siapa yang hendak mereka undang makan. Tuhan Yesus melihat sebuah kebiasaan yang terjadi saat itu (mungkin sampai saat ini juga), sebuah kecenderungan orang untuk menduduki tempat kehormatan. Yesus mengatakan supaya jangan menduduki tempat itu karena mungkin ada orang lain yang lebih terhormat dari pada nanti dipermalukan karena disuruh pindah ke tempat yang lain. Apa yang diajarkan Yesus mempunyai arti sangat dalam, pertama: bagi orang yang merasa kaya, berkuasa dan merasa benar sangat sukar untuk rendah hati dan terbuka di hadapan Tuhan. Ia penuh percaya akan dirinya sendiri, akan milik, kehebatan dan keamanannya. Padahal sebenarnya satu-satunya keamanan atau kepastian manusia ada pada hubungan, persahabatan dan pengabdiannya kepada Allah. Mengangkat diri sendiri adalah suatu kepercayaan akan diri sendiri yang bertentangan dengan kepercayaan akan Allah. Memang itulah resikonya menjadi orang kaya, serba Makmur, puas dan selanjutnya bisa arogan, sombong dan bisa lupa Allah.